Novel ini
menceritakan sejarah kaum musimin zaman dahulu ketika terjadi pertikaian antara
pendukung hasan Husain dengan pendukung mu’awiyah bin abu shofyan. Tragedy ini
disebabkan perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin tentang khlifah
pengganti ali bin abu tholib. Demi terciptanya perdamaian, hasan dan mu’awiyah membuat perjanjian yaitu
untuk sementara pemerintahan islam di serahkan kepada mu’awiyah yang nantinya
akan dikembalikan kepada ahlul bait
(keturunan rasulullah).
Namun
perjanjian itudilanggar oleh mu’awiyah yang mewariskan jabatan kepada putranya,
yazid bin mu’awiyah. Pekerjaan pertama yazid adalah membendung gejolak
pendukung Husain di kufah dengan mengangkat ubaidillah bin ziyad untuk menjadi
bupati kufah yang terkenal kejam dan tanpa ampun. Setelah wafatnya hasan,
pemimpin ahlul bait beralih kepada Husain saudaranya.
Keinginan
Husain melihat kekuatan pendukungnya di kufah akan ia nunaikan walaupun
sebenarnya perjalanan tersebut bukan akan membuat kebaikan tetapi menjemput
kematian. Seperti yang pernah didengar dari kakaeknya bahwa cucu kesayangan
rasul itu akan gugur di karbala ( Sahara
Nainawa).Hal itu sudah ditunggu oleh Husain sehingga beliau mengumpulkan
keluarganya dan orang-oang yang mau syahid bersamanya.
Di pintu
keluar kufah berbaris pasukan ubaidillah
yang dipimpin umar bin sa’ad untuk menghadang kafilah al-Husain. Akhirnya kedua
kekuatan islam itu bertemu di karbala di bawah terik matahari dengan panas
angina sahara. Pertumpahan darah pun terjadi, duapasukan yang tak seimbang
terus berhadap-hadapan. Jumlah prajurit ubaidillah yang ribuan tidak membuat
gentar lawannya.
Tentara umar
berpesta darah, sedangkan kafilah Husain menjemput mati. Sahabat-sahabat beliau diamuk panah, ditusuk tombak ,dan
dicacah pedang. Diantara mereka adalah Zuhair bin al-qoir, yazid al –asadi,
bahkan remaja-remaja keluarga rasulullah SAW. Inilah kidah yang amat menggetarkan dan memilukan hati
umat islam. Dan oaring yang membunuhnya juga muslim yang tanpa ampun memotong
kepala saudaranya di sahara nainawa.
Kelebihan
dari novel ini pengarang menggunakan
kata-kata yang indah dalam memaparkan cerita walaupun kisahnya hanya diwarnai kesedihan, duka, darah ,dan air mata. Pembaca dapat terbawa oleh alunan kata dan terbayang
setiap kisah yang penulis sajikan. Tampilan dan judul buku yang menarik dapat memikat orang untuk membacanya.
Kekurarangan
novel ini, terlalu mengagung-agungkan keluarga Husain, sehingga dirasa sangat
berlebihan. Ada beberapa kisah dalam novel iniyang diulang-ulang. Akibatnya
pembaca cepat bosan.
0 komentar:
Posting Komentar